Archive for the ‘Renungan’ Category

Alexander the Great (356-323 SM)

Alexander the Great (356-323 SM)

Alexander The Great atau Aleksander Agung (356 SM – 323 SM) adalah seorang penakluk ulung asal Makedonia. Ia diakui sebagai salah seorang pemimpin militer paling jenius sepanjang masa. Ia juga menjadi inspirasi bagi penakluk-penakluk terkenal lainnya seperti Hannibal, Pompey, Caesar dari Romawi, dan juga Napoleon. Dalam masa pemerintahannya yang singkat, Alexander mampu menjadikan Makedonia sebagai salah satu kekaisaran terbesar di dunia. Selain terkenal sebagai raja penakluk, Alexander juga menjadi salah seorang cendekia yang cerdas. Ayahnya, Phillip II, mempekerjakan filsuf Yunani yang terkenal, Aristoteles untuk menjadi guru pribadi Alexander. Selama tiga tahun sejak umur 13 tahun, Aristoteles mengajarkan pada Alexander untuk mencintai ilmu pengetahuan, kedokteran, dan filosofi. Sehingga tak heran segala kebijakan maupun tatiknya selalu diperhitungkan dan diperkirakan dengan tepat.

Bagi dunia Islam, Alexander The Great juga dianggap sebagai Dzul Qarnain (Iskandar Zulkarnain), meskipun beberapa ulama meragukan hal tersebut. Dikisahkan bahwa Iskandar Zulkarnain hendak menaklukkan suatu daerah. Di luar dugaan, bangsa tersebut mau ditaklukkan secara damai asalkan Iskandar mau mengurung bangsa Ya’juj dan Ma’juj (Gog dan Magog) – menurut hadist yang shahih, keduanya akan muncul pada akhir jaman. Akhirnya, daerah tersebut takluk secara damai setelah Iskandar Zulkarnain mengurung bangsa Ya’juj dan Ma’juj.

Cerita kegemilangan Alexander The Great berakhir pada tahun 323 SM. Saat berada di Babilonia, Alexander terkena penyakit misterius yang menyebabkan demam hingga 11 hari lamanya. Akhirnya, pada 10 Juni 323 SM, Alexander The Great menghembuskan nafas terakhir di umur tak lebih dari 33 tahun atau 13 tahun setelah memangku tahta kerajaan Makedonia. Sedangkan penyebab kematiannya tidak jelas sampai sekarang. Kematiannya mewariskan wilayah kekuasaan yang sangat luas membentang dari asia, timur-tengah, dan afrika.

Ada kisah menarik sebelum Alexander The Great tutup usia. Sesaat sebelum meninggal, Alexander The Great memanggil para jenderalnya dan berpesan “Tidak lama lagi aku akan meninggalkan dunia ini. Laksanakan tiga permintaanku tanpa terkecuali”. Dengan tetes air mata, para jenderalnya bersumpah akan melaksanakan semua permintaan Raja Alexander.

“Keinginanku yang pertama”, kata Raja Alexander. “Hanya para dokter saja yang akan mengurus semua pemakamanku dan mengangkat peti matiku. Jangan berikan tugas ini pada orang lain. Yang kedua, jalan dari istana menuju pemakamanku nanti harus dilapisi emas, perak, dan batu mulia yang kuperoleh dari peperangan. Permintaanku yang terakhir, ketika menutup peti matiku, biarkanlah kedua tanganku menjulur keluar”.

Para jenderal yang ada disitu tertegun dan bingung mendengar permintaan Raja Alexander ini. Tidak ada yang berani bertanya apalagi menbantahnya. Hingga salah seorang jenderal kesayangan Raja Alexander memberanikan diri membuka suara. Ia terlebih dahulu mencium tangan Raja Alexander lalu berkata, “Paduka yang mulia, sungguh seluruh keinginan paduka akan kami laksakan. Jika berkenan, hamba ingin mengetahui maksud dari permintaan paduka”.

Sambil terbata-bata, Raja Alexander The Great menjawab, “Permintaanku yang pertama merupakan pembelajaran bagi dunia bahwa para dokter sesungguhnya tidak berdaya sama sekali terhadap maut. Karena itu jangan menyepelekan hidup”.

“Permintaanku yang kedua adalah untuk menyadarkan manusia bahwa tak secuilpun harta yang kau kumpulkan selama hidup di dunia dibawa ke akhirat. Biarlah rakyatku sadar, jangan hidup hanya mengejar-ngejar kekayaan”.

“Dan permintaanku yang terakhir adalah agar rakyatku menyaksikan bahwa aku datang ke dunia dengan tangan hampa dan dengan tangan hampa pulalah aku meninggalkan dunia ini”.

Wallahu a’lam bishowab,

sumber artikel: wikipedia.com dan blog di wordpress

gambar diambil dari sini

safira, serang, sabtu, 5 maret 2011

 

Sukses bagi kebanyakan orang didefinisikan sebagai sudah hidup mapan, perhiasan berlimpah, punya rumah bernilai miliaran, punya mobil harga setengah miliar, punya tanah berhektar-hektar, punya istri cantik, dan sebagainya. Ya, sukses selalu diasosiasikan dengan kekayaan harta materi, uang dan selalu uang. Hal inilah yang melecut keinginan semua orang untuk kaya, dalam hal ini disebut “sukses” di Indonesia. Orang mulai berlomba-lomba menjadi kaya dengan cara apapun. Tak peduli itu dengan cara yang salah ataupun benar, jalan apapun ditempuh untuk menjadi “sukses”. Di sini saya menyebut kata “sukses” dengan tanda double quote, karena sukses yang saya maksud adalah sukses yang negatif, sukses yang selalu dianalogikan dengan uang dan materi duniawi.

Kata sukses sangatlah luas. Saya bisa bilang kalau saya sehat seumur hidup dan hidup bahagia bersama keluarga saya sudah sukses, tapi tetangga sebelah bisa bilang sukses setelah punya rumah di Pondok Indah punya mobil berlambang empat lingkaran yang bersambungan, dsb. Seperti yang selalu dijelaskan oleh para motivator handal di dunia, sukses dengan cara yang benar bisa ditempuh diantaranya dengan kerja keras (hard work), wawasan yang luas (knowledge), sikap pribadi (attitude), pendekatan personal (lobbying), keberuntungan (lucky), dan sebagainya. Sebaliknya, sukses dengan cara yang salah mungkin salah satunya dengan korupsi. “Sukses” dengan cara seperti inilah yang dapat merusak dan menghilangkan makna sukses itu sendiri.

Saya membaca artikel menarik di kaskus.us mengenai perhitungan faktor-faktor penentu “sukses”. Artikel tersebut menggambarkan betapa kontrasnya faktor penentu sukses antara bangsa barat sana dengan di negara kita, Indonesia. Kunci-kunci sukses dirumuskan dari perhitungan matematis dari huruf-huruf penyusun kata. Semakin tinggi nilainya (mendekati 100%) maka semakin tinggi menentukan kesuksesan, sebaliknya semakin kecil nilainya maka semakin rendah dalam menentukan kesuksesan.

Begini caranya: diasumsikan, huruf A bernilai 1, B bernilai 2, dst. (seperti dijelaskan di tabel di atas). Kesemua huruf penyusun kata tersebut dijumlahkan dan dikonversikan langsung dalam bentuk persentase (%). Mari kita hitung komponen-komponen kesuksesan yang sudah saya sebut tadi.

  • Kerja keras (Hard work)

H + A + R + D + W + O + R + K = 8 + 1 + 18 + 4 + 23 + 15 + 18 + 11 = 98%

Simpulan:  Kerja keras merupakan faktor yang sangat penting untuk mencapai kesuksesan, ditunjukkan dengan angka 98%.

  • Wawasan yang luas (Knowledge)

K + N + O + W + L + E + D + G + E = 11 + 14 + 15 + 23 + 12 + 5 + 4 + 7 + 5 = 96%

Simpulan: Wawasan yang luas merupakan faktor potensial menunjang kesuksesan, ditunjukkan dengan angka 96%.

  • Pendekatan personal  (Lobbying)

L + O + B + B + Y + I + N + G = 12 + 15 + 2 + 2 + 25 + 9 + 14 + 7 = 86%

Simpulan: Pendekatan personal menyumbang kesuksesan dengan angka 86%.

  • Keberuntungan (Lucky)

L + U + C + K + Y = 12 + 21 + 3 + 11+25 = 72%

Simpulan: Keberuntungan hanya memiliki andil dalam menunjang kesuksesan sebesar 72%.

  • Sikap pribadi (Attitude)

A + T + T + I + T + U + D + E = 1 + 20 + 20 + 9 + 20 + 21 + 4 + 5 = 100%

Simpulan: Wow, sikap pribadi ternyata faktor utama penunjang kesuksesan, ditunjukkan dengan angka 100%.

Sayangnya kelima komponen tersebut diambil dari bahasa Inggris dan mungkin hanya berlaku bagi orang Amrik atau Eropa sono. Bagaimana jika diambil dari bahasa Indonesia? Mari kita coba:

  • Gigih

G + I + G + I + H = 7 + 9 + 7 + 9 + 8 = 40 %

Simpulan: Ternyata kerja keras dan gigih bekerja hanya menyumbang 40% saja dari kesuksesan seseorang di Indonesia.

  • Ilmu

I + L + M + U = 9 + 12 + 13 + 21 = 55 %

Simpulan: Orang yang berilmu hanya menyumbang setengah dari kesuksesan seseorang di Indonesia.

  • Lobi

L + O + B + I = 12 + 15 + 2 + 9 = 38%

Simpulan: Lihai dalam melobi ternyata hanya menentukan kesuksesan sebesar 38% di Indonesia.

  • Mujur

M + U + J + U + R = 13 + 21 + 10 + 21 + 18 = 83%

Simpulan: Ternyata banyak orang yang sukses di Indonesia hanya karena beruntung, ditunjukkan dengan angka 83%. Tidak heran banyak orang Indonesia bernama Untung, Bejo, Lucky, dan Mujur

  • Sikap

S + I + K + A + P = 19 + 9 + 11 + 1 + 16 = 46%

Simpulan: Sikap pribadi yang baik hanya menyumbang 46% saja dari kesuksesan seseorang di Indonesia.

Jika sukses karena warisan?

  • Warisan

W + A + R + I + S + A + N = 23 + 1 + 18 + 9 + 19 + 1 + 14 = 85%

Simpulan: Wah, ternyata faktor warisan juga sangat menentukan kesuksesan di Indonesia sebesar 85%. Berbahagialah bagi orang-orang yang punya orang tua atau saudara dekat yang kaya.

Dan akhirnya, bagaimana dengan korupsi?

  • Korupsi

K + O + R + U + P + S + I = 11 + 15 + 18 + 21 + 16 + 19 + 9 = 109 %

Simpulan: Dahsyat!! ternyata korupsi menjadi faktor utama “sukses” di Indonesia, ditunjukkan dengan angka 109% (>100%).

Jika angka-angka di atas itu benar terjadi di Indonesia, sungguh miris karena “sukses” di Indonesia besar ditentukan oleh faktor beruntung, warisan, dan korupsi. Okelah, komponen beruntung dan warisan tidak semua orang punya faktor itu. Tapi bagaimana dengan korupsi? Semua orang bisa asal ada kesempatan. Disinilah bahaya korupsi. Perhitungan matematis ini semoga tidak menjadi faktor pendorong orang untuk melakukan korupsi. Mari kita ambil saja hasil perhitungan yang ber-bahasa Inggris di atas, dengan komponen-komponennya  hard work, knowledge, lobbying, lucky, dan attitude.

Akhirnya, mari kita perangi korupsi bersama-sama karena korupsi adalah roots of evil atau akar dari segala kejahatan.

gambar diambil dari sini dan sini

kisamaun no.1, tangerang, rabu, 5 Januari 2011

Seorang Profesor dari sebuah universitas terkenal menantang mahasiswa-mahasiswa nya dengan pertanyaan ini, “Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada?”.

Seorang mahasiswa dengan berani menjawab, “Betul, Dia yang menciptakan semuanya”.

“Tuhan menciptakan semuanya?” Tanya professor sekali lagi. “Ya, Pak, semuanya” kata mahasiswa tersebut.

Profesor itu menjawab, “Jika Tuhan menciptakan segalanya, berarti Tuhan menciptakan Kejahatan. Karena kejahatan itu ada, dan menurut prinsip kita bahwa pekerjaan kita menjelaskan siapa kita, jadi kita bisa berasumsi bahwa Tuhan itu adalah kejahatan”.

“Mahasiswa itu terdiam dan tidak bisa menjawab hipotesis professor tersebut. Profesor itu merasa menang dan menyombongkan diri bahwa sekali lagi dia telah membuktikan kalau Agama itu adalah sebuah mitos.

Mahasiswa lain mengangkat tangan dan berkata, “Profesor, boleh saya bertanya sesuatu?”.

“Tentu saja,” jawab si Profesor,

Mahasiswa itu berdiri dan bertanya, “Profesor, apakah dingin itu ada?”

“Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja dingin itu ada.

Kamu tidak pernah sakit flu?” Tanya si professor diiringi tawa mahasiswa lainnya.

Mahasiswa itu menjawab, “Kenyataannya, Pak, dingin itu tidak ada.

Menurut hukum fisika, yang kita anggap dingin itu adalah ketiadaan panas. Suhu -460F adalah ketiadaan panas sama sekali. Dan semua partikel menjadi diam dan tidak bisa bereaksi pada suhu tersebut. Kita menciptakan kata dingin untuk mendeskripsikan ketiadaan panas.”

Mahasiswa itu melanjutkan, “Profesor, apakah gelap itu ada?” Profesor itu menjawab, “Tentu saja itu ada.”

Mahasiswa itu menjawab, “Sekali lagi anda salah, Pak.

Gelap itu juga tidak ada. Gelap adalah keadaan dimana tidak ada cahaya. Cahaya bisa kita pelajari, gelap tidak.

Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk memecahkan cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari berbagai panjang gelombang setiap warna. Tapi Anda tidak bisa mengukur gelap. Seberapa gelap suatu ruangan diukur dengan berapa intensitas cahaya di ruangan tersebut. Kata gelap dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan cahaya.”

Akhirnya mahasiswa itu bertanya, “Profesor, apakah kejahatan itu ada?”

Dengan bimbang professor itu menjawab, “Tentu saja, seperti yang telah kukatakan sebelumnya.

Kita melihat setiap hari di Koran dan TV. Banyak perkara kriminal dan kekerasan di antara manusia. Perkara-perkara tersebut adalah manifestasi dari kejahatan.”

Terhadap pernyataan ini mahasiswa itu menjawab, “Sekali lagi Anda salah, Pak.

Kajahatan itu tidak ada. Kejahatan adalah ketiadaan Tuhan. Seperti dingin atau gelap, kajahatan adalah kata yang dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan Tuhan.

Tuhan tidak menciptakan kajahatan. Kajahatan adalah hasil dari tidak adanya kasih Tuhan dihati manusia. Seperti dingin yang timbul dari ketiadaan panas dan gelap yang timbul dari ketiadaan cahaya.”

Profesor itu terdiam dalam ketidaktahuannya.

Teman-teman tahu siapa mahasiswa itu? Ya, mahasiswa itu adalah seorang yang kelak menjadi salah satu ilmuwan besar yang pernah ada, Albert Einstein.

Sumber: Lupa link-nya –> hasil setelah iseng googling n ngaskus eh nemu artikel ini, keren bgt dah 🙂

pengadilan raya-tangerang, sabtu, 25 Desember 2010

TV Champion (TVチャンピオン Terebi Champion) is a Japanese television variety show produced by TV Tokyo. The show challenges competitors with various talents in an array of tasks in order to crown one “King” of their ability. Episodes have focused on talents like Origami, Legos, and cooking fake food. TV Champion premiered on 16 April 1992 (20:00-20:54) as a 1 hour show, but was extended to a 90 minute format in 1993 (19:30-20:54). (Wikipedia.com)

Ya salah satu acara favorit saya. Bagi yang belum tau apa itu TV Champion, saya googling-in sejenak dan menemukan link di atas Wikipedia.com. TV Champion merupakan salah satu acara di MNC TV (dulu TPI) yang hak siarnya dibeli dari TV Tokyo. TV Champion menampilkan pertarungan para juara masing-masing bidang, mulai origami, Lego, menyusun kartu, mengiris sushi, membuat mochi, memancing, jasa pindah rumah, dan masih banyak lagi. Kebanyakan TV Champion menampilkan orang, kelompok, maupun perusahaan baik besar maupun kecil kemudian dipertemukan dengan kompetitornya dan bersaing untuk mendapat predikat “Raja” di bidang keahliannya. TV Champion pertama kali tayang di Jepang pada 16 April 1992 dengan durasi 60 menit, kemudian pada tahun 1993 diperpanjang menjadi 90 menit.

Salah satu episode TV Champion yang saya suka adalah Tsumi, sederhananya yaitu perlombaan menyusun benda kecil setinggi mungkin. Dalam suatu stage, dua peserta bersaing menyusun ratusan dadu menjadi tiga tingkat piramida. Dan pesertanya tidak main-main, mereka dengan serius menyusun ratusan dadu tersebut dalam 3 hari. Meski perlombaannya hanya sepele, tapi orang Jepang itu dengan giat menyusun dadu sampe menjadi tiga tingkat. Susunan dadu roboh berkali-kali karena pondasi tidak kuat, kesenggol tangan, sampai karena nafas sendiri. Saya lihat pekerjaan tersebut butuh ketelatenan yang amat sangat. Dengan niat,keuletan,kesabaran, dan profesionalitas yang tinggi akhirnya salah satu dari peserta berhasil mendirikan ratusan dadu dengan sempurna.

Tsumi

Tsumi

Episode lain TV Champion melombakan Hikkoshi, sederhananya yaitu perlombaan perusahaan jasa pindah rumah. Dalam salah satu stage masing-masing wakil dari perusahaan membungkus barang pecah-belah serapi mungkin diusahakan aman dari goncangan maupun bantingan. Perlombaan ini juga mewakili nama perusahaan masing-masing sehingga mereka bekerja sungguh-sungguh dengan serius dan professional sesuai dengan keahlian mereka. Barang pecah-belah yang sudah di-pack dalam kardus dijatuhkan dari ketinggian 5 meter sebagai perbandingan ketinggian rumah dua lantai di Jepang. Apabila isi kardus tidak pecah atau pecahnya paling minimal maka perusahaan itu menang.

Hikkoshi

Hikkoshi

Seandainya ada TV Champion di Indonesia. Sudah rahasia umum pelayanan perusahaan di Indonesia kurang memperhatikan aspek profesionalitas. Terkadang perusahaan besar pun tidak memberikan pelayanan optimal pada pelanggan, apalagi perusahaan lokal yang skalanya kecil. Seandainya ada TV Champion di Indonesia, kita bisa lihat seahli apa mereka atau seprofesional apa mereka sehingga kita tidak susah mencari alternatif perusahaan yang kita butuhkan.

Berdasarkan pengalaman pribadi, saya melihat beberapa perusahaan khususnya perusahaan lokal memiliki Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) yang usahanya banyak sekali, mulai perdagangan bahan bangunan, mekanikal, elektrikal, ATK, komputer, alat kesehatan, farmasi, perlengkapan kepegawaian, alat berat, cleaning service, kontraktor dan masih banyak lagi. Bagaimana kita bisa melihat keahlian perusahaan tersebut apabila perusahaan tidak fokus pada salah satu pekerjaan. Perusahaan tersebut kadang membuat baju kadang membuat bangunan, kadang beli kertas @Rp30ribu kadang beli alat kesehatan @Rp2M. Sangat dipertanyakan sekali keahlian dan kredibilitasnya. Seandainya ada TV Champion di Indonesia pasti perusahaan tersebut sudah kalah dari awal. Karena jangan-jangan mereka mengepak dan menyimpan alat kesehatan yang nilainya Rp2M sama seperti mengepak dan menyimpan kertas Rp30ribu. Jadi susah konsumennya. Ya semoga saja ada stasiun TV di Indonesia yang mau membeli lisensi TV Champion dan membuat format acara seperti TV Champion. Dengan begitu, perusahaan-perusahaan yang di Indonesia tidak main-main dalam melakukan usahanya dan kita tahu bahwa perusahaan tersebut memang ahli di bidangnya.

Sumber: Link resmi TV Champion http://www.tv-tokyo.co.jp/tvchamp/ , Wikipedia http://en.wikipedia.org/wiki/TV_Champion , Kaskus http://www.kaskus.us/showthread.php?t=939827

sukma, cilegon, 4 desember 2010

Benarkah Wanita Racun Dunia??

Posted: January 26, 2009 in Renungan
Wanita racun dunia. Karna dia butakan semua.Racun..racun..racun. Hilang akal sehatku 3x. Memang kau racun. Wanita racun dunia. Apa daya itu adanya. Racun..racun..racun. Mati laju darahku. Takluk sudah hebatku. Hilang akal sehatku 2x. Memang kau racun.. (“Racun Dunia”, The Changcuters)
Itulah sepenggal lirik lagu Racun yang dipolulerkan oleh The Changcuters. Lagu ini berkisah tentang anggapan bahwa wanita itu racun di dunia ini. Sumber segala permasalahan dan sumber segala penyakit. Tapi apakah itu benar??

Saya mempunyai jurus jitu nan ilmiah untuk membuktikannya. Teori ini berdasarkan riset bertahun-tahun dengan perumusan ilmiah ala matematika. Ya,, di sini saya mempergunakan rumusan matematika untuk menurunkan teori benarkah wanita itu sumber permasalahan??

Oke kita mulai..

Jika kita berkencan dengan wanita, yang kita butuhkan adalah dua buah variabel yaitu waktu dan uang, jadi dapat dirumuskan:

wanita = waktu x uang

Karena waktu adalah uang (waktu = uang), maka:

wanita = uang x uang

wanita = uang²

Karena uang adalah akar dari masalah (uang = √masalah), maka:

wanita = √(masalah)²

wanita = masalah

Jadi dari hasil persamaan di atas didapat hasil akhir wanita = masalah. Benarkah demikian?? Itu semua tergantung interpretasi kita. Kalau saya sendiri wanita adalah sumber kebahagiaan dan sumber kehidupan. Jika tidak ada wanita siapakah yang akan membuat masakan untuk kita kalau bukan ibu atau istri kita, siapakah yang bisa memberi kasih sayang pada kita kalau bukan ibu atau istri kita, dan jika tidak ada wanita kita semua tidak akan ada.

Cerita Sang Belalang

Posted: December 31, 2008 in Renungan

Pernahkah anda merasa iri pada orang lain? Pernahkah anda merasa selalu kalah dari orang lain? Sadarkah terkadang kita seringkali merasa selalu kalah, tak puas akan sesuatu dan akhirnya selalu iri pada orang lain. Tak tau itu iri dalam hal rejeki, prestasi, kehidupan, dan sebagainya. Saya pun demikian, kerap kali saya dihinggapi perasaan selalu kalah dan berujung pada sifat iri hati pada orang lain. Pernah saya merasa iri sekali ketika si A mendapat nilai A untuk mata kuliah akuntansi padahal kita belajar bareng dan saya merasa lebih bisa dibanding dia, si B yang mempunyai cewek lebih cantik lagi tajir, si C yang punya henpon baru, dan masih banyak lagi. Namun ketika saya mendengar cerita “sang belalang” dari teman, saya menjadi tersadar bahwa sebenarnya tidak ada kekalahan di dunia ini. Kekalahan hanya diperuntukkan oleh orang yang tidak mau berusaha yang hanya berpangku tangan menunggu nasib. Baiklah kawan saya akan berbagi cerita sang belalang ini.

Alkisah di suatu hutan hiduplah belalang yang dapat melompat jauh lebih tinggi dibanding belalang yang pernah ada. Sebut saja Grash namanya. Setiap hari Grash melompat ke sana kemari sambil menyombongkan lompatannya. Dia selalu makan pucuk daun-daunan muda di tumbuhan tinggi, sesuatu yang tidak mungkin dilakukan oleh belalang-belalang lain di hutan tersebut. Kebiasaan setiap harinya setelah makan adalah berada di pucuk yang tinggi sambil menerawang menikmati keindahan desa yang ada di seberang hutan. Cukup lama dia tersihir oleh keindahan dan kemegahan desa tersebut, hingga tanpa sadar sahabatnya Marlin si merpati datang.

“Hai kawan sudah lama aku melihat engkau terdiam di sini, apa yang sedang kau pikirkan?”, tanya Marlin.

“Oh, aku sedang menikmati keindahan desa seberang kawan, maukah kau mengantar aku ke desa itu?”, pinta Grash.

“Dengan senang hati sahabatku”, jawab Marlin.

Keesokan harinya mereka berdua berangkat ke desa seberang. Marlin terbang memutari desa sambil membawa Grash di punggungnya. Kemudian mereka sampai di atap rumah saudagar kaya yang memiliki anjing besar sebagai penjaganya, kemudian Grash menyapanya.

”Hai kawan siapa namamu?”, tanya Grash.

”Aku Theo, ada apa?”, anjing penjaga tersebut menjawab dengan angkuh.

“Oh kami hanya berkeliling melihat desa ini. Kau sedang apa di sini?”, tanya Grash ramah.

“Aku sedang menjaga rumah tuanku. Aku adalah anjing terhebat di desa ini. Tidak ada anjing yang lebih lincah dan garang seperti aku. Aku dapat mengejar semua penjahat. Aku juga dapat melompat setinggi pagar ini”, jawab Theo sambil menunjukkan pagar yang tinggi.

Karena Theo semakin sombong, gerahlah hati belalang.

“Asal kau tau saja ya, aku ini belalang terhebat di seluruh hutan. Tidak ada yang sanggup menandingi aku dalam hal melompat”, jawab Grash tak mau kalah.

“Kalau begitu kita bertanding saja, siapa yang lebih tinggi melompat dia yang menang. Pertama, kita bertanding siapakah yang bisa melompati pagar yang tinggi ini”, tantang Theo.

“Oke siapa takut”, Grash menimpali.

Mulailah mereka bertanding. Theo mendapat giliran pertama, dia melompati pagar yang tinggi dengan rasa percaya diri yang kuat. Dan dia berhasil. Setelah selesai melompati pagar dia tertawa lebar sambil mengejek Grash si belalang. Tibalah giliran Grash. Grash bersiap mengambil ancang-ancang kemudian dia melompat. Hup!! Ternyata lompatannya tak cukup tinggi untuk melampaui pagar. Dia mencoba lagi hingga tiga kali, namun hasilnya tetap sama. Pagar itu terlalu tinggi untuk dilompati oleh si belalang.

“Tuh kan, akulah yang paling jago melompat”, ejek Theo sombong.

“Oke aku menyerah kalah. Sekarang gantian aku yang menentukan peraturannya”, Grash tak mau kalah.

“Terserah”, jawab Theo.

“Siapa yang lompatannya paling tinggi dibandingkan ukuran tubuhnya dialah yang menang”, kata Grash.

Mulailah mereka berdua melompat dengan sekuat tenaga. Theo melompat tinggi sekali namun setinggi-tingginya dia melompat hasilnya tidak akan lebih dari empat kali ukuran tubuhnya. Sedangkan Grash dia sanggup melompat hingga empat puluh kali ukuran tubuhnya.

“Nah, sekarang aku yang menang jadi sementara ini kita seri”, kata Grash.

“Jadi pertandingan kita belum ada pemenangnya. Baiklah kita lanjutkan ke pertandingan ketiga, sekarang aku lagi yang menentukan peraturannya”, Theo menantang Grash kembali.

“Sipp”, Grash setuju.

Tiba-tiba Marlin yang sedari tadi memandangi kedua temannya ini memotong pembicaraan Theo dan Grash.

“Stop kawan, stop. Pertandingan ini tak akan selesai hingga kapanpun”, sela Marlin.

“Kalian semua menang di setiap game yang aturannya kalian buat sendiri. Theo menang di game pertama karena Theo-lah yang membuat peraturan di game pertama sedangkan Grash menang di game kedua karena Grash yang membuat peraturan di game kedua. Dan ini akan terjadi hal yang sama pada game-game kalian berikutnya, percuma”, jawab Marlin.

Grash dan Theo akhirnya menyadari bahwa pada dasarnya pertandingan tersebut tidak ada artinya. Satu pihak menang karena dia sendirilah yang membikin aturan tersebut dan sebaliknya.

Sama halnya dengan kita kawan pada dasarnya tidak ada yang menang atau kalah dalam kehidupan jika kita selalu berpikir postif dan senantiasa bersyukur atas pemberian Tuhan. Berkaca dari cerita di atas, bahwa sesungguhnya standar kemenangan dan potensi setiap orang berbeda-beda. Tidak benar jika kita selalu menyamakan potensi dan standar kemenangan kita dengan orang lain. Pada dasarnya kemenangan hanya bersumber dari apa yang telah kita targetkan. Kemenangan yang hakiki adalah ketika kita berhasil melampaui target yang telah kita tetapkan sesuai dengan potensi diri kita. Karena dengan begitu kita akan dijauhkan dari pikiran-pikiran negatif, seperti iri hati, selalu kecewa, sombong, dan sebagainya. Mulailah memotivasi diri agar bisa “lebih” dari orang lain namun tidak sampai menyebabkan penyakit hati, tentunya dengan membuat standar sesuai dengan potensi kita masing-masing.

 

Note: Saya mengucapkan terima kasih kepada kawan terbaik saya yang telah memberikan pencerahan dan motivasi ini. 27/12